Category Archives: Stres dan Hubungan Interpersonal

Stres dan Hubungan Interpersonal

I. Stres

• Arti Penting Stres

                J.P. Chaplin dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Begitu juga dengan Atkinson (1983), stres terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai ancaman bagi kesehatan fisik maupun psikologisnya. Keadaan sosial, lingkungan dan fisikal yang menyebabkan stres dinamakan stresor. Sementara reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stres atau stres.

Menurut Lazarus 1999, stres adalah rasa cemas atau terancam yang timbul ketika kita menginterpretasikan atau menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai.

 

• Tipe – tipe Stres Psikologis

a. Tekanan

Tekanan merupakan suatu beban yang dirasakan oleh seseorang. Tekanan yang timbul dari tuntutan kehidupan sehari-hari dapat berasal dari dalam diri individu itu sendiri, misalnya apa yang kita inginkan atau harapan ternyata tidak sesuai dengan hasilnya. Tekanan yang berasal dari luar diri individu, misalnya paksaan dari orang tua saat menetukan jurusan dalam kuliah.

b. Frustasi

Frustasi dapat muncul akibat adanya suatu kegagalan ketika seseorang ingin mencapai suatu hal atau tujuan yang diinginkannya. Contoh : si Budi ingin masuk salah satu perguruan tinggi negeri namun ia gagal dan mengakibatkan frustasi.

c. Konflik

Konflik dapat terjadi apabila seorang individu harus memilih antara dua tujuan atau dua tindakan yang tidak sejalan. Konflik dibedakan berdasar nilai dari masing-masing pilihan; jika pilihannya memiliki tujuan yang positif bagi individu maka dinamakan sebagai approach tendency. Sedangkan jika pilihannya memiliki tujuan negatif dinamakan avoidance tendency. Macam-macam konflik:

a. approach- approach conflict

dua pilihan yang masing-masing memiliki alternatif yang diinginkan.

b. avoidance-avoidance conflict

dua pilihan yang sama-sama memiliki konsekuensi negatif.

c. approach-avoidance conflict

satu objek memiliki konsekuensi positif maupun negatif.

d. double approach-avoidance conflict

dua alternatif yang sama-sama punya konsekuensi positif dan negatif.

d. Kecemasan

Kecemasan adalah emosi tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan seperti khawatir, prihatin, tegang, dan takut yang dialami oleh semua orang tetapi dengan kadar dan tingkatan yang berbeda-beda.

• Symptom-Reducing Respons Terhadap Stres

Macam-macam penyesuaian diri terhadap stres, ada dua yaitu:

a. Penyesuaian yang bersifat mengurangi atau memperlemah symptom stres

b. Penyesuaian yang sifatnya berusaha atau membantu mengatasi secara lebih terarah sumber stres yang ada, disebut dengan penyesuaian efektif.

Penyesuaian yang bersifat mengurangi symptom stres

Ada dua macam:

1) Yang bersifat tak disadari: seringkali dilakukan adalah defense mechanisms (mekanisme pertahanan diri atau ego).

2) Yang bersifat disadari: membicarakannya dengan orang lain, melakukan pekerjaan lain yang mengurangi symptom stress.

¨ Mekanisme pertahanan diri

Mekanisme pertahanan diri digunakan oleh self (=ego, dalam Psikoanalisa) untuk melindungi dari segala ancaman. Sifatnya kebanyakan tak disadari, otomatis muncul saat individu menghadapi ancaman baik dengan kesadaran minimum atau tidak sama sekali. Tujuannya meredakan ketegangan akibat stres. Biasanya muncul karena terpicu adanya: kecemasan, konflik, atau frustrasi. Jenis mekanisme pertahanan diri :

1. Represi (repression). Berusaha menekan pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan ke bawah sadar (motivated forgetting).

2. Supresi (supression). Upaya sadar individu untuk mengendalikan keinginan-keinginan yang memunculkan kecemasan, dan mengekspresikannya pada waktu tertentu saja.

3. Pengingkaran (Denial). Menolak melihat atau mendengar aspek  realita yang tidak meyenangkan atau mengancam. Menolak pengakuan eksternal atau realita sosial.

4. Rasionalisasi. Usaha untuk memberikan alasan pada perilaku yang tidak diterima dalam cara yang diterima sosial dan rasional.

5. Proyeksi. Upaya individu untuk melemparkan penyebab frustrasinya pada orang lain. Misal: cinta orang lain, tapi takut bilang, yang muncul adalah bilang dicintai orang tersebut.

6. Reaksi-formasi. Mengalihkan motif yang dimiliki ke motif lain yang berlawanan, sebagai upaya mengurangi kecemasan yang muncul akibat motif pertama yang tadi tidak diterima superego atau moral.

7. Sublimasi (displacement). Tidak tercapainya suatu motif tertentu, yang kemudian dialihkan pada motif yang sejenis tapi beda kegiatan.

Sarana Coping untuk Stres

Minor merupakan respon terhadap stres ringan, yang sangat dipengaruhi oleh proses belajar individu. Berlaku otomatis, tetapi lebih disadari oleh individu (ada pada level kesadaran). Sarana yang dilakukan dipengaruhi juga oleh: situasi, kekuatan dan kesegeraan gangguan, serta pola kebiasaan individu dalam menghadapi stres. Jenisnya:

a. Kontak fisik, makan, minum

b. tertawa, menangis, memaki/ mengutuk

c. membicarakan dengan orang lain, merenungi masalah seorang diri

d. melakukan aktivitas yang meredakan ketegangan (misal: olahraga, jalan-jalan, main games).

Akan tetapi sifatnya: tidak menghilangkan sumber stress sementara, memiliki keterbatasan dalam mengurangi ketegangan akibat stress.

• Pendekatan Problem Solving Terhadap Stres

Merupakan jenis penyesuaian terhadap stres yang bersifat disadari, berupaya menghilangkan sumber stres, tidak tergesa-gesa dan lebih terarah serta ada strategi tertentu, sehingga lebih efektif. Jenisnya :

a. memodifikasi diri agar lebih toleran terhadap stres.

b. memodifikasi situasi yang menimbulkan stres.

Meningkatkan Toleransi Terhadap Stres

a. Toleransi terhadap tekanan. Membiasakan diri bekerja di bawah stres dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan.

b. Toleransi terhadap frustrasi. Berusaha lebih independen terhadap lingkungan mencoba memahami sumber frustrasi kita belajar untuk menunda pemuasaan atau kesenangan.

c. Toleransi terhadap konflik. Menyadari adanya konflik mencari segi positif terbanyak dan efek emosionalnya.

d. Toleransi terhadap kecemasan. Mencoba tetap merasakan kecemasan tanpa mengurangi performa kita menggali lebih banyak pengalaman dan belajar menghadapi situasi yang membuat kita cemas.

Pendekatan yang Berorientasi Tugas

a. Pendekatan Asertif. Merupakan pendekatan yang menekankan pada usaha-usaha individu untuk mengekspresikan hak dan keinginan tanpa merebut hak orang lain.

b. Pendekatan Menarik Diri. Dapat dilakukan apabila sumber stres tidak dapat dihilangkan dengan asertif dan kompromi. Strategi sementara untuk mengatasi stres yang dapat berakibat memperburuk kesehatan individu tersebut. Misal: cuti kuliah untuk mengumpulkan biaya kuliah.

c. Berkompromi. Biasa digunakan apabila agen sumber stres memiliki otoritas lebih tinggi dari kita, atau sama-sama seimbang. Baik-buruknya sangat tergantung pada sejauh mana kepuasan dapat diperoleh individu, dan sebesar apa usaha yang dilakukan untuk mengurangi stres.

Tiga tipe kompromi:

1. Comformity, merubah sikap menjadi lebih realistik mengikuti prosedur umum yang berlaku.

2. Negotiation, secara aktif mencapai kompromi dengan berbagai situasi stres, biasa digunakan pada area publik dan interpersonal, lebih baik daripada kompromi karena sifatnya mutual.

3.Substitution, memutuskan alternatif pemecahan terbaik untuk mencapai tujuan yang sama.

II. Hubungan Interpersonal

  • Model-Model Hubungan Interpersonal

a. Model Pertukaran Sosial

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”.

Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efek-efek tidak menyenangkan.

b. Model Peranan

Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan ekspedisi peranan, tuntutan peranan, memiliki keterampilan peranan dan terhindar dari konflik peranan.

c. Model Interaksional

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Semua system terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.

• Pembentukan Kesan dan Ketertarikan Interpersonal

Pembentukan Kesan

a. Evaluasi

Kesan pertama, menurut Sears dkk (1992), aspek pertama yang paling penting dan kuat adalah evaluasi. Secara formal dimensi evaluatif merupakan dimensi terpenting di antara sejumlah dimensi dasar yang mengorganisasi kesan gabungan tentang orang lain.

b. Kesan menyeluruh

Untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengevaluasi orang lain dapat dilakukan dari kesan yang diterima secara keseluruhan. Sears dkk (1992) membagi kesan menyeluruh menjadi dua, yaitu model penyamarataan dan model menambahkan. Model penyamarataan, yaitu menyatakan bahwa individu dapat menyusun potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah menjadi suatu kesan yang menyeluruh dan sederhana. Model menambahkan, yaitu menyatakan bahwa individu mempersatukan potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah dengan jalan menambahkan nilai ukuran dan bukannya dengan membuat rata-rata.

c. Konsistensi

Individu cenderung membentuk karakteristik yang konsisten secara evaluatif terhadap individu lainnya meski hanya memiliki sedikit informasi. Kecenderungan terhadap konsistensi disebut hallo effect. Dalam hallo effect , orang yang telah dilabel baik selalu dikelilingi oleh suasana positif sedangkan pada orang yang telah dilabel buruk selalu dipandang memiliki kualitas yang buruk.

d. Prasangka positif

Menurut Sears dkk (1992) prasangka positif adalah kecenderungan menilai orang lain secara positif sehingga mengalahkan evaluasi negatif.

Ketertarikan Interpersonal

Penyebab ketertarikan interpersonal, yaitu :

1. Efek kedekatan

Salah satu yang menentukan ketertarikan interpersonal adalah kedekatan (proximity, propinquity). Propinquity effect adalah semakin sering kita melihat dan berinteraksi dengan seseorang, semakin besar kemungkinan orang itu menjadi sahabat kita. Festinger dkk (1950) menunjukkan bahwa ketertarikan dan kedekatan hubungan tidak hanya tergantung pada jarak fisik yang nyata, melainkan juga karena ‘jarak fungsional’. Jarak fungsional menunjuk pada aspek desain arsitektur yang memungkinkan beberapa orang bertemu lebih sering. Efek keakraban terjadi karena familiaritas (efek eksposur semata-mata). Semakin sering kita mengalami eksposur suatu stimulus, semakin besar kecenderungan kita menyukainya.

2. Kesamaan

a. Kesamaan opini dan kepribadian

Semakin sama opini orang lain dengan opini kita itu akan menimbulkan ketertarikan meskipun baru bertemu (Birne & Nelson, 1965). Begitu juga dengan seseorang yang memiliki kesamaan kepribadian, akan mudah untuk dekat dan tertarik satu sama lain.

b. Kesamaan gaya interpersonal

Seseorang cenderung tertarik dengan orang lain yang memiliki gaya interpersonal dan keterampilan komunikasi seperti yang dimiliki dirinya sendiri. Hasil penelitian Burleson dan Samter (1996) menunjukkan bahwa orang-orang cenderung tertarik dengan teman sepermainan yang sama dalam berpikir mengenai orang-orang dan bagaimana mereka menyukai percakapan mengenai hubungan antar pribadi.

c. Kesamaan minat dan pengalaman

Semakin sama minat dan pengalaman orang lain dengan kita, semakin mudah untuk dekat.

3. Kesukaan timbal balik

Semua orang merasa senang jika disukai orang lain. Hal ini cukup kuat menimbulkan ketertarikan, tanpa harus ada kesamaan. Jadi, jika ada orang lain yang suka terhadap kita itu akan lebih mudah untuk menimbulkan ketertarikan dibanding dengan yang tidak suka terhadap kita.

4. Ketertarikan fisik dan kesukaan

Selain kedekatan (propinquity), kesamaan, dan rasa suka timbal-balik, ketertarikan juga ditentukan oleh penampilan fisik.

• Intimasi dan Hubungan Pribadi

Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.

Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku  penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.

Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu  hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang  diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan  pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka.

Sumber :

Basuki, Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma

Riyanti, D.P.B & Prabowo, Hendro. 1998 . Psikologi Umum 2. Jakarta : Universitas Gunadarma

Dewi, Kartika Sari. 2012. Kesehatan Mental. Semarang : UPT UNDIP Press Semarang

Click to access hubinterpersonal.pdf

http://nilam.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/30402/BAB+10.+DAYA+TARIK+INTERPERSONAL.pdf.

Click to access bab3_interaksi_sosial.pdf

Click to access 2%20Materi%20Bab%203.pdf

Leave a comment

Filed under Stres dan Hubungan Interpersonal