Pekerjaan yang Ingin Dicapai

        Setelah lulus kuliah dan menjadi sarjana psikologi, saya ingin menjadi seorang Psikolog. Menurut saya, menjadi Psikolog merupakan hal yang sangat menyenangkan karena dapat membantu banyak orang menangani masalah-masalah yang dihadapi dan disamping itu ilmu dari psikologi itu sendiri sangat aplikatif karena setiap harinya kita bertemu dengan berbagai orang dengan berbagai keunikan. Menjadi seorang psikolog harus memiliki berbagai cara atau pendekatan untuk menggali informasi-informasi dari individu yang bersangkutan. Disamping memilih pendekatan apa yang cocok untuk digunakan, seorang psikolog juga harus dapat menentukan terapi apa yang tepat untuk diterapkan bagi individu yang membutuhkan. Namun untuk menjadi Psikolog harus menempuh S2 terlebih dahulu, oleh sebab itu saya ingin menjadi HRD di perusahaan terlebih dahulu. Sebagai seorang HRD, tugas yang biasa dilakukan adalah melakukan perekrutan karyawan dimana menyeleksi calon-calon karyawan baru-baru yang akan disesuaikan dengan job desc nya nanti.

Leave a comment

Filed under Pekerjaan yang Ingin Dicapai, Psikotest Secara Online

Penerapan Sistem Informasi Psikologi

            Sistem informasi psikologi adalah suatu bidang kajian ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara ilmu psikologi itu sendiri dalam kaitannya dengan penggunaan komputer dan aplikasinya dalam bidang psikologi. Sistem informasi psikologi adalah suatu sistem yang menyediakan informasi-informasi yang berkaitan dengan ilmu psikologi yang dapat dijadikan untuk meningkatkan pengguna dalam pengambilan suatu keputusan terhadap penelitian, perencana, dan pengelolaan.

            Adapun penerapan sistem informasi dalam bidang psikologi yaitu :

  1. E-Counseling atau E-mail Counseling merupakan pelayanan intervensi psikologi yang dilakukan melalui internet. Dimana, proses terapi terlebih dahulu dilakukan melalui media online lalu kemudian menyusun rencana dalam melakukan intervensi psikologi setelah itu proses dilanjutkan secara tatap muka. Fungsi dari e-counseling adalah untuk membantu terapis dalam mengumpulkan sejumlah data yang terkait dengan kliennya sebelum akhirnya terapis dan klien sepakat untuk bertemu secara langsung untuk melakukan proses terapis selanjutnya. Dalam aplikasinya, psikoterapi online menawarkan tantangan etika baru bagi mereka (para terapis) yang tertarik untuk menggunakan media ini dalam memberikan pelayanan psikologi.

  1. Perusahaan sekarang ini banyak menggunakan software alat tes psikologi seperti tes papikostik, tes IQ, tes kepribadian, ataupun penskoringan dari tes tes tersebut agar waktu yang digunakan dalam menyeleksi calon karyawan baru lebih cepat dan efisien, serta tidak membuang tenaga para penyeleksinya juga.

  1. Sistem perekrutan PNS menggunakan sistem CAT. Sistem Rekrutmen dan Seleksi dengan Computer Assisted Test (CAT). Computer Assisted Test (CAT) adalah suatu metode seleksi dengan alat bantu computer yang digunakan untuk mendapatkan standar minimal kompetensi dasar bagi pelamar CPNS. Standar Kompetensi Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) diperlukan untuk mewujudkan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil. Untuk menjamin Standar Kompetensi Dasar CPNS dilakukan Tes Kompetensi Dasar melalui Computer Assited Test.

Maksud dan Tujuan

  1. Mempercepat proses pemeriksaan dan laporan hasil ujian
  2. Menciptakan standarisasi hasil ujian secara nasional
  3. Menetapkan standar nilai

Keunggulan/Manfaat Penggunaan CAT

  1. Peserta tes dapat mendaftarkan melalui internet
  2. Peserta tes dapat dinilai langsung sesuai dengan hasil yang diperoleh
  3. Komputer menyediakan keseluruhan materi soal Kompetensi Dasar (Tes Pengetahuan Umum, Tes Bakat Skolastik dan Tes Skala Kematangan)
  4. Penilaian dilakukan secara obyektif
  5. Peserta ujian dapat mengakses dengan mudah terhadap pencapaian hasil (skor) yang diperoleh

SUMBER :

http://ana.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/33562/SISTEM+INFORMASI.ppt

http://soal-psikotest.com/contoh-soal-psikotes-online/

Leave a comment

Filed under Penerapan Sistem Informasi Psikologi

Sistem Informasi dan Penerapannya

Sistem Informasi dalam Bidang Kedokteran

         Menurut Bodnar dan Hopwood (1993), sistem informasi adalah kumpulan perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna. Begitu juga menurut Hall (2001), sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikelompokkan, diproses menjadi informasi dan didistribusikan kepada pemakai. Saat ini sistem informasi memiliki perkembangan yang pesat sehingga membuat sistem informasi dapat dengan mudah diterapkan pada berbagai bidang misalnya, sistem informasi psikologi, sistem informasi geografis, sistem informasi perbankan, sistem informasi kedokteran/medis, sistem informasi pemerintah dan lain-lain

    Perkembangan dari sistem informasi dalam bidang kedokteran membantu pekerjaan kantornya, hingga pekerjaan praktek dalam kedokteran. Penerapannya pun dapat  dilihat dari :

  1. Bioinformatika bekerja pada proses molekuler dan seluler. Riset dan aplikasi bioinformatika memfasilitasi upaya-upaya rekayasa genetik, penemuan vaksin, hingga ke riset besar tentang human genome project.
  2. Medical imaging(informatika pencitraan) mengkaji aspek pengolahan data dan informasi digital pada level jaringan dan organ. Kemajuan pada sistem informasi radiologis, PACS (picture archiving communication systems), sistem pendeteksi biosignal adalah beberapa contoh terapannya.
  3. Informatika klinis, yang menerapkan pada level individu (pasien), mengkaji mengenai berbagai inovasi teknologi informasi untuk mendukung pelayanan pasien, komunikasi dokter pasien, serta mempermudah dokter dalam mengumpulkan hingga mengolah data individu.
  4. Informatika kesehatan masyarakat yang berfokus kepada populasi untuk mendukung pelayanan, pendidikan dan pembelajaran kesehatan masyarakat.

Sumber :

Cahyono,S. (2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius. http://ana.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/33562/SISTEM+INFORMASI.ppt

https://id.wikipedia.org/wiki/Informatika_kedokteran

Leave a comment

Filed under Sistem Informasi dan Penerapannya

Proses Terapeutik

Nama Anggota Kelompok :

  • Amalina Sabila Rosyada (10512688)
  • Intan Permata Sari (13512750)
  • Ulva Amelia (17512522)
  • Werdiningsih Purbaningrum (17512677)
  • Yunita Dewi Sulistiani (17512968)

Jurnal : Komunikasi dan Hubungan Terapeutik Perawat Klien Terhadap Kecemasan Pra Bedah Mayor

  1. Gangguan apa yang terjadi pada klien?

Berdasarkan jurnal tersebut, klien adalah pasien dewasa rumah sakit yang mengalami kecemasan sebelum operasi, seperti takut nyeri setelah pembedahan, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal, takut keganasan (bila diagnosis yang ditegakkan belum pasti), takut atau cemas menghadapi ruangan operasi dan peralatan pembedahan, takut mati saat dibius atau tidak sadar, takut operasi gagal. Klien juga mengungkapkan perasaan takut, sedih, dada berdebar-debar dan cemas saat menjalani rawat inap sebelum dilakukannya operasi.

  1. Metode terapeutik apa yang digunakan?

Metode yang digunakan adalah komunikasi dan hubungan terapeutik antara perawat dengan klien yang dilakukan oleh perawat yang sebelumnya telah mengikuti pelatihan komunikasi serta sesuai dengan panduan yang sudah ditetapkan. Hubungan terapeutik disini maksudnya adanya hubungan yang melibatkan pengertian baik dalam perasaan, pikiran maupun pengalaman antara perawat dengan klien.

  1. Apa saja peran dari orang-orang rela merawat, dalam melakukan terapeutik?

Peranan perawat yaitu melakukan interaksi pada klien seperti berbagi perasaan, pengetahuan dan informasi dengan tujuan membantu klien membantu klien memperjelas dan mengurangi beban pikiran serta diharapkan dapat menghilangkan kecemasan, sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat dan optimal. Diharapkan perawat yang telah dilatih tersebut dapat membina hubungan dan komunikasi yang terapeutik dengan klien sehingga dapat memberikan bantuan mengatasi masalah klien.

  1. Hambatan apa yang terjadi dalam melakukannya?

Kendala yang terjadi, antara lain masih kurangnya keterampilan perawat untuk membina komunikasi dan hubungan yang terapeutik. Kendala selanjutnya adalah tingginya beban kerja perawat sehingga untuk pelayanan kepada klien lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat fisik.

  1. Dampak apa saja yang menandakan bahwa klien mengalami pemulihan?

Kecemasan klien pada kelompok perlakuan menurun pada hari operasi (post test) dibandingkan dengan saat klien baru masuk ruang rawat inap (pretest). Tindakan komunikasi dan hubungan terapeutik perawat-klien mampu menurunkan kecemasan prabedah mayor pada aspek fisiologi dan emosional, sementara untuk aspek kognitif tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Sumber :

     Mulyani, S., Paramastri, I., & Priyanto, A. (2008). Komunikasi dan hubungan terapeutik perawat klien terhadap kecemasan pra bedah mayor. Berita Kedokteran Masyarakat, 24 (3), 151-155.

Leave a comment

Filed under Psikotest Secara Online

Terapi Kelompok

a. Pengertian Terapi Kelompok

            Menurut Guze, Richeimer dan Siegel (1997), terapi kelompok merupakan setiap pengumpulan dari orang yang lazimnya bertemu secara teratur, biasanya dengan pemimpin yang terlatih, untuk menangani masalah psikologik atau pertumbuhan pribadi mereka. Terapi kelompok juga biasa disebut group therapy. Terapi kelompok membentuk perubahan terhadap klien, khususnya perubahan perilaku di dalam kelompok. Perubahan diarahkan kepada segala bentuk perilaku atau kebiasaan dari klien yang dianggap tidak bisa diterima atau tidak diharapkan oleh kelompoknya.

            Terapi kelompok biasanya terdiri dari 5-12 anggota (bergantung pada tipenya). Terapi kelompok dapat berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan atau beberapa tahun sesuai sesuai kebutuhan dan biasanya dilakukan seminggu sekali.

b. Cara Melakukan Terapi Kelompok

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam terapi kelompok adalah:

  1. Tahap Intake

Tahap ini ditandai oleh adanya pengakuan dari klien mengenai masalahnya  yang mungkin tepat dipecahkan melalui terapi kelompok ataupun terapis juga dapat menelaah situasi yang dialami klien. Tahap intake disebut juga sebagai tahap kontrak antara terapis dengan klien, karena pada tahap ini terdapat persetujuan dan komitmen antara terapis dan klien untuk melakukan kegiatan-kegiatan perubahan tingkah laku melalui terapi kelompok.

  1. Tahap Assesmen dan Perencanaan Intervensi

Terapis dan para anggota terapi (klien) mengidentifikasi permasalahan, tujuan-tujuan kelompok serta merancang rencana tindakan pemecahan masalah. Pada tahap ini juga dibahas tempat atau ruangan pelaksanaan terapi kelompok, frekuensi pertemuan, lama pertemuan dan waktu yang dibutuhkan.

  1. Tahap Penyeleksian Anggota

Penyeleksian anggota untuk membentuk suatu kelompok harus dilakukan terhadap orang-orang yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari keterlibatannya dalam kelompok. Dalam pembentukan kelompok harus mempertimbangkan tipe permasalahan, persamaan tujuan, persamaan jenis kelamin untuk masalah-masalah tertentu dan tingkatan umur.

Minat dan ketertarikan individu terhadap kelompok juga penting diperhatikan, karena anggota yang memiliki perasaan positif terhadap kelompok akan terlibat dalam berbagai kegiatan kelompok secara teratur.

  1. Tahap Pengembangan Kelompok

Norma-norma, harapan-harapan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok akan muncul dalam tahap ini sehingga dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aktivitas serta relasi yang berkembang dalam kelompok. Oleh karena itu, pada tahap ini terapis memegang peranan penting untuk dapat membantu kelompok mencapai tujuan.

  • Taraf permulaan. Dalam langkah ini, terapis perlu membicarakan apakah waktu yang telah ditentukan dan disepakati bersama itu tetap bisa dilaksanakan, lalu menyampaikan bagaimana komunikasi antara anggota yang satu dengan yang lainnya karena tiap anggota harus saling menghormati agar apabila anggota yang satu sedang berbicara maka anggota yang lain dapat memperhatikan, adanya keterbukaan antara anggota yang satu dengan yang lain serta dengan terapis, lalu menyampaikan bagaimana komunikasi antara anggota kelompok dengan terapis, serta adanya kesepakatan untuk menjaga kerahasiaan.
  • Mengembangkan dan memelihara situasi kelompok.
  • Melakukan diskusi, saling berbagi pendapat dan pengalaman, serta memecahkan masalah
  1. Tahap Evaluasi dan Terminasi

Dalam langkah ini terapis perlu melihat sejauh mana keberhasilan terapi kelompok yang telah dijalankan melalui evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi, maka dilakukanlah terminasi atau pengakhiran kelompok. Terminasi dilakukan berdasakan pertimbangan dan alasan mengenai tujuan individu maupun kelompok tercapai, waktu yang ditetapkan telah berakhir, kelompok gagal mencapai tujuan-tujuannya, serta keberlanjutan kelompok dapat membahayakan satu atau lebih anggota kelompok.

c. Manfaat Terapi Kelompok

  1. Dapat mengidentifikasi masalah bersama orang lain yang memiliki permasalahan yang sama
  2. Dapat membantu klien untuk meningkatkan hubungan interpersonal dengan klien lain sehingga setiap dari mereka dapat saling mendukung
  3. Dapat membantu menghilangkan perasaan-perasaan terisolasi dalam diri klien
  4. Dapat membantu menghilangkan kecemasan-kecemasan yang dirasakan oleh klien
  5. Dapat mendorong klien untuk membicarakan perasaan-perasaan batinnya dengan sepenuh hati
  6. Dapat membantu klien untuk melepaskan ketegangan dalam diri yang telah dipendam
  7. Dapat meningkatkan klien untuk berpartisipasi serta bertukar pikiran dan masalah dengan orang lain.

d. Kasus-kasus yang Diselesaikan Dalam Terapi Kelompok

Terapi kelompok dapat menjadi terapi pilihan untuk orang yang masalahnya terutama antarpribadi dan yang tidak mengalami gangguan psikiatrik utama. Terapi kelompok juga baik untuk orang yang hanya memerlukan tempat dimana ia dapat mencoba perilaku yang baru dan mempraktekkan keterampilan sosial yang baru. Berikut kasus-kasusnya :

  1. Kecanduan alcohol, obat-obat terlarang dan rokok
  2. Kekerasan seksual
  3. Stress dalam menghadapi penyakit yang di derita
  4. Trauma
  5. Korban bullying
  6. Insomnia
  7. Permasalahan hubungan sosial
  8. Orang yang mengalami masalah emosional
  9. Siswa yang mengalami kesulitan belajar

e. Contoh Kasus

Jane tumbuh dan dibesarkan oleh seorang ibu yang merupakan pecandu alcohol dan sering kali melakukan penyiksaan terhadap Jane baik secara fisik maupun verbal. Sejak kecil, Jane menganggap bahwa perilaku ibunya disebabkan karena dirinya sangat tidak berharga hingga layak diperlakukan seperti itu. Saat ini Jane telah berusia 20 tahun dan ia tetap berharap bahwa dirinya tidak akan dapat diterima oleh lingkungan. Dia selalu berfikir bahwa orang lain tidak akan menyukai dirinya, bahwa orang lain akan melihat dirinya sebagai pecundang dan dia tidak mungkin dapat melawan hal-hal itu. Apabila seorang penjual koran tidak tersenyum pada dirinya, maka secara otomatis Jane akan berpikir bahwa hal tersebut disebabkan karena dirinya tidak berharga dan tidak disukai oleh orang lain. Setelah itu, dia akan merasa sangat sedih. Bahkan ketika Jane mendapatkan respon yang positif dari teman-temannya, ia tidak pernah mempedulikan itu. Jane lebih terfokus pada pemikirannya sendiri. Oleh karena itu dia hanya memilki sedikit teman dan tidak ada satupun yang dekat dengan dirinya (sumber: Barlow & Durand). Dengan terapi kelompok klien mendapat kesempatan untuk belajar cara berinteraksi sosial atau bersosialisasi, yaitu memperkenalkan diri pada anggota kelompok, cara berkenalan dengan orang lain, bercakap-cakap dengan orang lain, dan melakukan kegiatan sehari-hari. Dengan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut klien dilatih untuk tidak menarik diri ataupun menghindar dan klien akan mampu melakukan interaksi dengan orang lain.

 

Sumber :

Barlow, D.H., & Durand, V.M. (2015). Abnormal Psychology 7th edition. USA: Cengage Learning.

Guze, B., Richeimer, S., & Siegel, D. J. (1997). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC .

Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.

Suharto, E. (2007). Pekerjaan sosial di dunia industry: Memperkuat CSR (corporate social responsibility. Bandung: ALFABETA.

Tomb, D.A. (2003). Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta: EGC

Handout Psikoterapi oleh Erik S. Hutahaean.

Leave a comment

Filed under Terapi Kelompok

Beberapa Pendekatan Dalam Psikoterapi

  1. Buatlah ulasan anda mengenai :
  • Pendekatan psikoanalisa di dalam psikoterapi

            Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang tersembunyi di alam bawah sadar. Psikoanalisa pertama kali diciptakan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Menurut Freud pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, merupakan sumber perilaku yang tidak normal. Kesadaran dan ketidaksadaran merupakan kunci dari teori ini. Sebagian besar perilaku manusia didorong atau ditentukan oleh kekuatan atau kebutuhan yang tidak disadari, yaitu pengalaman masa lalu yang terpendam dalam ketidaksadaran.

            Tujuan dari psikoterapi psikoanalisis adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikoanalisis adalah: Asosiasi bebas, interpretasi atau penafsiran, analisis mimpi, analisis resistensi dan analisis transferensi.

  • Pendekatan behavioristik di dalam psikoterapi

            Pendekatan behavioristik berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavioristik adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning”. Pendekatan behavioristik berbeda dengan pendekatan psikoanalisa yang menekankan perilaku klien dalam kaitannya dengan masa lampau melainkan pendekatan behavioral berpusat pada perilaku yang tampak saat ini. Artinya, perilaku individu yang terjadi saat ini dipengaruhi dari lingkungan.

            Tujuan dari psikoterapi behavioristik adalah menghilangkan tingkah laku maladaptive dan menggantikannya dengan tingkah laku baru yang lebih sesuai. Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavioristik  adalah : Desentisisasi sistematis, latihan asertif, terapi aversi, dan kontrol diri.

  • Pendekatan humanistik di dalam psikoterapi

           Tokoh dari pendekatan humanistik adalah Carl Rogers. Pendekatan humanistik menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.

         Rogers tidak percaya bahwa manusia terlahir dengan pikiran bawah sadar. Rogers mengatakan bahwa manusia akan menolak perasaan dan pikiran yang berbeda jauh dari konsep diri dan diri ideal yang dimilikinya. Kesadaran diri secara menyeluruh perlu bagi aktualisasi potensi diri sehingga proses terapi humanistik juga dikenal dengan istilah pertumbuhan kesadaran daripada memperoleh insight. Terapi yang sering digunakan dalam pendekatan humanistik adalah “Client Centered Therapy”.

  • Pendekatan kognitif di dalam psikoterapi

            Pendekatan kognitif memiliki konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Gejala perilaku yang menyimpang berhubungan erat dengan isi pikiran. Oleh karena itu, pendekatan kognitif lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck.

            Tujuan utama dalam pendekatan kognitif adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Terapis dengan pendekatan kognitif membimbing klien agar berpikir lebih realistik dan sesuai sehingga dapat menghilangkan atau mengurangi perilaku yang menyimpang. Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan Cognitive adalah Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive Analytic Therapy (CAT)  dan sebagainya.

  1. Uraikanlah kasus apa saja yang bisa ditangani dengan pendekatan :
  • Psikodinamik

Seseorang yang mengalami trauma karena terjadi kekerasan di masa lalunya baik kekerasan fisik, seksual maupun verbal. Seorang yang menderita trauma masih sering teringat dengan kejadian yang pernah menimpanya, walaupun kejadian itu sudah berlangsung puluhan tahun silam. Apabila tidak disembuhkan, maka penderitaan akan terus berlangsung.

  • Behavioristik

Individu yang menderita fobia. Fobia adalah ketakutan yang berlebihan dan irasional terhadap sesuatu. Seorang yang menderita fobia bisa merasakan kecemasan atau ketakutan yang amat sangat apabila melihat sesuatu yang menjadi objek fobianya. Dalam beberapa kasus, bahkan hanya melihat gambarnya saja (misalnya gambar cicak) seseorang bisa ketakutan setengah mati.

  • Humanistik

Lia adalah siswa SMA yang memiliki berat badan 98 kg. Hal ini membuat Lia merasa minder dengan lingkungan barunya. Ia menjadi bahan guyonan oleh teman-temannya. Sejak saat itu prestasi Lia menjadi menurun karena kurangnya kepercayaan diri Lia.

  • Kognitif

Albert adalah seorang pria berumur 67 tahun. Ia baru saja pensiun dari sebuah perusahaan internasional yang besar. Dalam masa pensiun, ia secara fisik sehat, memiliki banyak uang, hubungan keluarga dan perkawinan yang baik, dan berada dalam lingkaran pertemanan. Namun ia cukup mengalami depresi yang berat karena ia meiliki mainset yaitu “ aku adalah apa yang aku lakukan/ hasilkan”. Seseorang menilai seseorang yang lainnya karena produktifitasnya” dan “ jika seseorang tidak bekerja, dia adalah orang yang malas/ tidak berharga”, hal ini lah yang sekarang berkontribusi terhadap depresinya.

  1. Berikan pandangan anda mengapa kasus-kasus tersebut anda anggap bisa ditangani oleh pendekatan:
  • Psikodinamik

Menurut saya, kasus tersebut dapat menggunakan pendekatan psikodinamik. Karena dengan pendekatan psikodinamik, terapis dapat menggali lebih dalam lagi apa yang telah terjadi di masa lalunya melalui alam bawah sadar. Dari alam bawah sadar, terapis bisa mengetahui kekerasan atau tindakan seperti apa yang membuat klien menjadi trauma sampai saat ini.

  • Behavioristik

Kasus tersebut dapat menggunakan pendekatan behavioristik karena pendekatan ini lebih menekankan terhadap proses belajar. Melalui proses belajar ini klien dapat mengatasi rasa takutnya step by step. Mulai dari terapis menunjukkan gambar objek yang klien takuti dari kejauhan, hingga objek tersebut berada di depan klien.

  • Humanistik

Kasus tersebut dapat menggunakan pendekatan humanistik karena klien tersebut merasa tidak percaya diri atas kondisi fisiknya yang menjadi bahan guyonan temannya. Berarti dengan demikian, ia merasa konsep dirinya tidak sesuai dengan diri ideal. Dengan pendekatan humanistik, terapis mencoba hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Terapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.

  • Kognitif

Dengan pendekatan kognitif, kasus tersebut bisa diatasi dengan cara merubah pola pikir klien. Karena masalah tersebut ditimbulkan dari pikiran yang salah. Dengan  menggunakan pendekatan kognitif, terapis membimbing klien agar berpikir lebih realistik dan lebih rasional.

Sumber :

Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Gunarsa, S. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.

Hall, CS., & Lindzey, G. (1993). Psikologi Kepribadian 1. Yogyakarta: Kanisius

Handout Psikologi Konseling

Kahija, YF. (2007). Hipnoterapi: Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

http://www.psikoterapis.com/?en_metode-psikoterapi-yang-dipakai,16

Click to access Slide-PSI-103-Psikologi-Umum-II-Terapi-Psikologis.pdf

Leave a comment

Filed under Beberapa Pendekatan Dalam Psikoterapi

Konflik Dalam Proses Manajemen

  1. Peranan konflik dalam mengembangkan manajemen di perusahaan

Konflik adalah ekspresi pertikaian individu satu dengan individu lainnya karena berbagai macam alasan. Konflik dapat diekspresikan secara verbal maupun non verbal melalui raut muka serta gerakan badan yang mengekspresikan pertentangan. Konflik bisa terjadi karena perbedaan dalam pemaknaan yang berakibat dari perbedaan pengalaman. Perbedaan pengalaman dapat dilihat dari perbedaan latar belakang kebudayaan yang membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Konflik tidak baik dan tidak buruk, tergantung bagaimana cara orang memanajemeninya. Jika di manajemeni dengan baik, konflik akan menghasilkan sesuatu yang baik serta dapat mengembangkan manajemen di perusahaan tersebut, tetapi apabila di manajemeni dengan buruk maka konflik akan menghasilkan sesuatu yang buruk pula.

Contoh Kasus :

Sebuah perusahaan keluarga yang perannya sebagai kontributor ekonomi di berbagai negara sangat menonjol ternyata menyimpan konflik. Konflik dalam perusahaan keluarga dipicu oleh situasi di tempat kerja di mana dua atau lebih orang atau kelompok orang dalam keluarga mempunyai ide, pandangan, argumentasi, persepsi, dan pendapat yang berlawanan atau kontradiktif sehingga mereka saling menyalahkan yang berakibat pada perusahaan. Konflik antara kepentingan bisnis dan kepentingan keluarga disebabkan oleh adanya perbedaan antara nilai keluarga dan nilai bisnis. Dalam keluarga, hubungan lebih didasarkan pada emosi, sedangkan dalam bisnis hubungan lebih rasional dan logis.

Penyelesaian Kasus :

Salah satu cara mengatasi konflik tersebut adalah dilakukannya pengaturan peran setiap anggota keluarga yang bekerja di perusahaan. Di samping itu, diperlukan pula kejujuran dari anggota keluarga dalam mengelola bisnis, termasuk mengenai masalah yang timbul, harapan, dan rencana untuk masa mendatang serta membangun kesamaan pandangan ataupun persepsi untuk perusahaan yang lebih baik.

  1. Peranan Kepemimpinan Untuk Mengatasi Konflik Struktural dan Konflik Fungsi Kerja yang Terjadi Didalam Sebuah Sistem Manajemen di Perkantoran

Konflik struktural adalah konflik yang terjadi yang erat kaitannya dengan hierarki jabatan pekerjaan. Sedangkan konflik fungsi kerja adalah konflik yang muncul karena suatu departemen kerja berinteraksi dengan departemen kerja lainnya, dimana antar departemen memiliki pemahaman yang berbeda untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Konflik tidak dapat dicegah melainkan hanya bisa dikendalikan, dikelola, bahkan disinergikan menjadi sesuatu yang sangat dinamis dan harmonis. Dan ini adalah tugas dari seorang pemimpin dalam kepemimpinannya Oleh karena itu peranan kepemimimpinan untuk mengatasi konflik sangatlah dibutuhkan untuk dapat memberikan kemajuan bagi perusahaannya. Pemimpin memiliki peranan yang sangat kuat untuk mengatasi konflik struktural dan konflik fungsi kerja yang terjadi didalam sebuah sistem manajemen di perkantoran.

Contoh Kasus :

Pada akhir September, sekitar 500 buruh yang bekerja di salah satu perusahaan manufactur menyerbu kantor Sudin Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Mereka menuntut pemerintah mengambil tindakan yang tegas terhadap perusahaan yang mempekerjakan mereka karena telah mangkir untuk memberikan tunjangan hari raya (THR). Demo buruh ini bukanlah demo buruh yang pertama, karena sebelumnya ratusan buruh ini juga mengadukan nasibnya karena perusahaan yang bertindak sewenang-wenangnya pada karywan. Bahkan ada beberapa buruh yang diberhentikan pihak perusahaan karena dinilai terlalu vokal. Akibatnya kasus konflik buruh dan manajemen dilanjutkan ke Pengadilan Hubungan Industrial. Oleh karena itu, pihak manajemen mengancam tidak akan memberikan THR kepada pekerjanya.

Penyelesaian Kasus :

Ketika menghadapi suatu konflik seorang pemimpin harus tau terlebih dahulu konflik tersebut bersifat konflik structural, fungsional ataupun structural-fungsional. Dalam konflik ini, konflik yang terjadi adalah konflik structural, dimana adanya konflik antara pihak manajemen dengan karyawan. Karena konflik tersebut masih bersifat structural maka pemimpin dapat menyelesaikan hal tersebut melalui mediasi dengan para karyawannya untuk membicarakan masalah ini dengan baik tanpa harus mengancam karyawan tersebut.

  1. Praktek Dehumanisasi yang Sering Muncul Dalam Praktek-Praktek Manajemen

Dehumanisasi merupakan suatu tindakan yang kurang manusiawi dalam memberikan suatu perlakuan tertentu kepada orang lain. Bentuk yang paling mudah dikenali adalah tindakan kasar dan keras kepada pekerja sehingga mereka bekerja dengan rasa tidak nyaman serta menjadi sulit untuk berkonsentrasi dalam bekerja. Praktek dehumanisasi sangat merugikan, karena hal tersebut menyangkut dengan tindakan yang tidak manusiawi. Biasanya yang sangat dirugikan dalam tindakan dehumanisasi yaitu para pekerja bawahan. Kebanyakan para pekerja bersikap pasrah dengan tindakan tersebut.

Contoh Kasus :

  1. Salah satu pabrik bahan bangunan di China memperbudak 11 orang perkerja dan kebanyakan cacat mental. Mereka dipukuli, diberi makan yang tak layak, memiliki jam kerja yang panjang, serta tidak dibayar. (Kompas, Selasa 14 Desember 2010)

Pelanggaran : Dari contoh kasus diatas, pelanggaran yang terjadi di pabrik tersebut adalah perbudakan dimana para pekerja diperlakukan semena-mena. Pabrik tersebut juga memperkerjakan penyandang cacat mental secara tidak manusiawi.

  1. Salah satu perusahaan elektronik di Cina melakukan pelanggaran hak asasi terhadap pekerjanya, termasuk lembur yang berlebihan, upah yang tidak dibayar, dan gaji yang tidak cukup untuk menutupi biaya hidup dasar. (Tempo.co)

Pelanggaran : Dari contoh kasus diatas, yang terjadi di pabrik tersebut adalah pelanggaran hak asasi dimana pekerja tidak diberikan upah yang seharusnya sesuai dengan pekerjaannya.

 

Sumber :

Click to access Jurnal%20Skripsi%20finish.pdf

http://id.scribd.com/doc/101585486/KASUS-DEHUMANISASI#scribd

http://www.tempo.co/read/news/2012/03/30/118393546/Supplier-Apple-di-Cina-Jahat-pada-Buruhnya

atujuliakp.blogspot.com/2014/01/konflik-yang-terjadi-dalam-perusahaan.html

http://www.ciputraentrepreneurship.com/amankan-bisnis/terpuruk-karena-konflik-di-perusahaan-keluarga

Leave a comment

Filed under Konflik Dalam Proses Manajemen

Psikologi Manajemen 2

I. Teori motivasi yang dapat menggerakkan proses kerja karyawan yang dilakukan dengan penuh semangat, sebagai berikut:

A. Teori tata tingkat kebutuhan

          Maslow berpendapat bahwa kondisi manusia berada dalam kondisi mengejar yang berkesinambung. Jika satu kebutuhan dipenuhi, langsung kebutuhan tersebut diganti oleh kebutuhan lain. Proses berkeinginan secara nonstop memotivasi kita sejak lahir sampai meninggal. Maslow kemudian mengajukan lima kelompok kebutuhan yang disusun secara tata tingkat, seperti gambar berikut:

1) Kebutuhan fisiologis.

Kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologikal tubuh kita. Seperti: oksigen, makanan, minuman. Kebutuhan fisiogikal merupakan kebutuhan primer atau kebutuhan dasar, yang harus dipenuhi. Jika tidak dipenuhi, maka individu berhenti eksistensinya.

2) Kebutuhan rasa aman

Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk dilindungi dari bahaya dan ancaman fisik. Dalam pekerjaan, kita jumpai kebutuhan ini dalam bentuk “rasa asing” sewaktu menjadi tenaga kerja baru.

3) Kebutuhan sosial

Kebutuhan ini mencakup memberi dan menerima persahabatan, cinta kasih, rasa memiliki. Dalam pekerjaan kita jumpai kelompok informal yang merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sosial seorang tenaga kerja.

4) Kebutuhan harga diri

Kebutuhan harga diri meliputi dua jenis:

  1. a) Mencakup faktor internal: kebutuhan harga diri, kepercayaan diri, otonomi, dan kompetensi.
  2. b) Mencakup faktor eksternal: kebutuhan untuk dikenali dan diakui dan status. Kebutuhan harga diri dapat terungkap dari keinginan pekerja yang ingin dipuji dan diakui prestasi kerjanya.

5) Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dirasakan dimiliki. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk menjadi kreatif, kebutuhan untuk dapat merealisasikan potensinya secara penuh. Kebutuhan ini menekankan kebebasan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut mendorong pekerja untuk lebih termotivasi dalam melakukan pekerjaannya dalam situasi dan kondisi tertentu.

B. Teori dua faktor

        Teori dua faktor ini juga bisa disebut teori hygiene-motivasi dikembangkan oleh Herzberg. Motivasi kerja berkaitan dengan kepuasan dan ketidakpuasan kerja. Faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yang Herzberg namakan faktor motivasi adalah faktor intrinsik, sedangkan, kelompok faktor yang menimbulkan ketidakpuasan, berkaitan dengan konteks dari pekerjaan, dengan faktor-faktor ekstrinsik dari pekerjaan.

Faktor intrinsik

  1. a) Tanggung jawab (responsibility), besar kecilnya tanggung jawab yang dirasakan diberikan kepada seorang tenaga kerja.
  2. b) Kemajuan (advancement), besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja dapat maju dalam pekerjaannya.
  3. c) Pekerjaan itu sendiri, besar kecilnya tantangan yang dirasakan tenaga kerja dari pekerjaannya.
  4. d) Capaian (achievement), besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja mencapai prestasi kerja yang tinggi.
  5. e) Pengakuan (recognition), besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga kerja atas unjuk-kerjanya.

Faktor ekstrinsik

  1. a) Administrasi dan kebijakan perusahaan, derajat kesesuaian yang dirasakan tenaga kerja dari semua kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam perusahaan.
  2. b) Penyeliaan, derajat kewajaran penyeliaan yang dirasakan diterima oleh tenaga kerja.
  3. c) Gaji, derajat kewajaran dari gaji yang diterima sebagai imbalan unjuk-kerjanya.
  4. d) Hubungan antarpribadi, derajat kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi dengan tenaga kerja lainnya.
  5. e) Kondisi kerja, derajat kesesuaian kondisi kerja dengan proses pelaksanaan tugas pekerjaannya.

Faktor-faktor yang termasuk dalam kelompok faktor motivator cenderung merupakan faktor-faktor yang menimbulkan motivasi kerja yang lebih bersifat proaktif, sedangkan faktor-faktor yang termasuk dalam kelompok faktor hygiene cenderung menghasilkan motivasi kerja yang lebih reaktif..

C. Teori motivasi berprestasi

     Teori ini dikembangkan oleh David McClelland. Terdapat tiga kebutuhan yaitu :

1) Kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement) McClelland menemukan bahwa mereka dengan dorongan prestasi yang tinggi berbeda dari orang lain dalam keinginan kuat mereka untuk melakukan hal-hal dengan baik. Mereka mencari kesempatan-kesempatan dimana mereka memiliki tanggung jawab pribadi, akan memperoleh balikan dan tugas pekerjaannya memiliki risiko yang sedang (moderate).

2) Kebutuhan untuk berkuasa (need for power) Keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain, untuk mempengaruhi orang lain, dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain.

3) Kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation) Memiliki rasa ingin disukai dan diterima oleh orang lain. Lebih menyukai situasi-situasi kooperatif dari situasi kompetitif, dan sangat menginginkan hubungan yang melibatkan saling pengertian dalam derajat yang tinggi.

Orang yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berkuasa dan kebutuhan untuk berafiliasi yang tinggi sekaligus akan memiliki motivasi kerja yang proaktif. Sedangkan yang memilki ketiga macam kebutuhan dalam derajat yang rendah akan memiliki corak motivasi kerja yang reaktif.

II. Pola Kepemimpinan

A. Gaya kepemimpinan otokratik, artinya sangat memaksakan, sangat mendesakkan kekuasaannya kepada bawahan. Pemimpin akan mengambil keputusan tanpa melibatkan bawahan. Pemimpin menganggap bawahan hanya sebatas melaksanakan pekerjaan dan bukan sebagai rekan kerja, dan pemimpin menganggap hubungan antara pemimpin dan bawahan adalah layaknya hubungan antara atasan dan buruh.

Kelebihan :

1) Kelebihan gaya kepemimpinan otoriter ada pada pencapaian prestasi dan efisiensinya.

2) Ketepatan dan ketegasan dalam membuat keputusan dan tindakan memungkinkan produktivitas akan naik karena manajemen dapat merealisasikan rencana yang telah disusun dalam waktu yang lebih singkat.

3) Keputusan dapat diambil secara cepat dan mudah dilakukan pengawasan.

Kelemahan :

1) Kelemahan gaya kepemimpinan otoriter yaitu suasana yang kaku dan mencekam sehingga menimbulkan ketidakpuasan, tertekan (stress), dan permusuhan.

2) Akan menurunkan semangat dan prestasi kerja pegawai.

3) Daya pikir pegawai sangat dibatasi karena hanya sesuai dengan apa yang diperintah oleh atasan.

Gaya kepemimpinan otoriter sangat cocok untuk situasi yang sangat memerhatikan tugas dan tenaga kerja dengan keterampilan yang sama, misalnya pada industri pakaian Gaya kepemimpinan ini juga dapat meningkatkan efisiensi, khususnya dalam situasi yang rumit dan menegangkan seperti dalam akademi militer.

B. Gaya kepemimpinan demokratis, artinya bersikap tengah antara memaksakan kehendak dan memberi kelonggaran kepada bawahan.

Kelebihan :

1) Kelebihan gaya kepemimpinan demokratis dapat menampung aspirasi dan keinginan bawahan sehingga dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi pada umumnya dan pekerjaan pada khususnya.

2) Pegawai merasa dihargai sehingga semangat dan prestasi kerja cenderung meningkat.

Kelemahan :

1) Cenderung menghasilkan keputusan yang disukai daripada keputusan yang tepat.

2) Pengambilan keputusan juga akan memakan waktu lebih banyak dan sulit tercapai kesepakatan karena terjadi perdebatan panjang.

Gaya kepemimpinan ini cocok digunakan untuk kerja tim ataupun pekerjaan di lembaga pemerintahan.

C. Gaya kepemimpinan laissez faire, adalah gaya kepemimpinan yang memberikan kebebasan pada kelompok untuk membuat keputusan dan menyelesaikan pekerjaan.

Kelebihan :

1) Bawahan tidak tertekan dalam menjalankan tugasnya.

2) Keputusan berdasarkan keputusan anggota.

Kekurangan :

1) Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap  pekerjaan bawahannya.

2) Kurangnya instruksi dari atasan dalam menjalankan tugas.

3) Kepercayaan pada pegawai terkadang menjadi masalah untuk pemimpin apabila pegawai tidak mampu menjalankannya.

Gaya kepemimpinan ini sangat sesuai saat memimpin para pekerja kreatif yang lebih senang mencari jalan mereka sendiri seperti arsitek, copy-writer periklanan, dll.

SUMBER :

Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press

Grede, R. (2006). 5 Strategi Ampuh Berbisnis. Yogyakarta: B-First

Leave a comment

Filed under Psikologi Manajemen 2

Psikologi Manajemen

Psikologi Manajemen

I. Unsur Psikologis dalam Manajemen

Unsur Kognitif ( kemampuan berpikir )

  1. Daya tangkap kognitif untuk memahami tugas baik melalui informasi kalimat, simbol ataupun angka.
  2. Daya berfikir yang konseptual, yaitu membangun konsep berfikir yang menyeluruh dan sistematis.
  3. Daya analisa berfikir, yaitu menciptakan hasil pemikiran yang tepat untuk menyelesaikan masalah.

Unsur Sikap Kerja

  1. Ketahanan terhadap tekanan (daya tahan stress).
  2. Cara kerja yang cepat untuk menyelesaikan pekerjaan.
  3. Kemauan untuk mencapai prestasi kerja yang memuaskan.
  4. Ketelitian dalam melakukan pekerjaan.

Unsur Kepribadian

  1. Daya penyesuaian diri (adaptasi).
  2. Kemampuan menjalin interaksi dan hubungan yang baik.
  3. Kemauan untuk bekerja sama dan juga bisa berupa kemampuan untuuk memimpin.

 II. Perilaku yang Muncul dalam Manajemen

  • Untuk melakukan Planning perilaku yang dapat digunakan adalah :
  1. Menetapkan tujuan dan target dari suatu perencanaan
  2. Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target dari suatu rencana
  3. Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
  4. Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target
  • Untuk melakukan Organizing perilaku yang dapat digunakan adalah :
  1. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan serta menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan
  2. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab
  3. Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja
  4. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat
  • Untuk melakukan Actuating perilaku yang dapat digunakan adalah :
  1. Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
  2. Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
  3. Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
  • Untuk melakukan Controlling perilaku yang dapat digunakan adalah :
  1. Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
  2. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan
  3. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target

III. Sistem Manajemen Sebuah Minimarket Franchise

  1. Manajemen SDM
  • Franchisor yang melakukan perekrutan, pelatihan hingga pengelolaan SDM. Atau franchisee yang menyiapkan karyawan selanjutnya untuk pelatihan serta penyaringan diserahkan ke franchisor.
  • Umumnya 1 gerai toko terdiri dari kepala toko, asisten kepala toko, merchandiser, 3-4 kasir, 4-5 pramuniaga.
  • Menggunakan Diamond System untuk melakukan pencatatan program rekrutmen, pelatihan, penilaian kinerja, absensi dan assessment.
  • Penyaringan :
  1. SDM yang diharapkan adalah orang-orang yang loyal dan cinta pada perusahaan serta mempunyai visi dan misi yang sama.
  2. Di luar syarat pengalaman kerja, kriteria yang mesti dipenuhi SDM adalah kemampuan bekerja sama (teamwork).
  • Pelatihan :
  1. Bentuk pelatihannya yaitu, cara pengoperasian komputer bagi para kasir, keterampilan menata barang, hingga kemampuan melayani pembeli.
  2. Tahap pelatihan dari basic, intermediate hingga advance.
  3. Untuk posisi terbawah, bentuk pelatihannya tergantung pada hasil uji kompetensi, apakah perlu latihan dasar dulu ataukah langsung intermediate, bahkan advance. Karyawan dengan masa kerja setahun, tapi telah menguasai paket advance, dapat dipromosikan ke jabatan lebih tinggi. Contoh, seorang kasir yang telah mengikuti uji kompetensi dan bekerja dengan baik, maka paling tidak butuh waktu 3-4 tahun untuk menjadi kepala toko. Gambaran lain, seorang merchandiser diperkirakan butuh waktu 6-12 bulan untuk naik pangkat sebagai asisten kepala toko.
  4. Menerapkan kebijakan pelatihan dua arah. Untuk posisi kepala toko ke bawah, pelatihannya bersifat internal. Adapun untuk level kepala toko ke atas, digunakan external vendor. Akan tetapi, itu bukan harga mati. Sebab, kadang-kadang kegiatan in house training juga mengundang mentor dari luar. Demikian sebaliknya, pelatihan untuk level kepala toko ke atas cukup internal saja
  5. Tiap tahun franchisor menggelar Operation National Training koordinator area di seluruh Indonesia. Materi Operation National Training adalah pelatihan dasar tentang bagaimana memimpin, mengarahkan, mengontrol dan mengawasi anak buah.
  • Pengelolaan SDM :
  1. Manajemen membuat kombinasi para profesional yang berpengalaman (senior) dengan karyawan yang masih fresh.
  1. Manajemen Pemasaran
  • Kegiatan pemasaran melalui pendekatan 3 program utama yang terdiri dari: Sales Promotion, Advertising & Events, dan Customer Loyalty Program.
  1. Sales Promotion : memberikan promosi yang menarik dan inovatif kepada konsumen.
  2. Advertising and Events : Menggunakan media cetak serta media sosial sebagai komunikasi pemasaran seperti facebook fan page dan twitter. Mengadakan event publik.
  3. Costumer loyalty program : Memberikan diskon melalui kartu member bagi pelanggan.
  1. Manajemen keamanan
  • Menggunakan CCTV
  • Melindungi data dan informasi perusahaan dari para hacker

4. Manajemen produksi

  • Merencanakan jadwal produksi dan mengendalikan pengadaan bahan baku dan barang jadi.
  • Merencanakan kedatangan bahan baku untuk menunjang kelancaran proses produksi sesuai jadwal yang telah dibuat.
  • Memantau tingkat persediaan dari gudang bahan baku maupun barang jadi sehingga standard dan persediaan penyangga tetap terjaga.

Leave a comment

Filed under Psikologi Manajemen

Cara Mencegah Ketidaksehatan Mental

          Akhir-akhir ini semakin banyak kasus-kasus ketidaksehatan mental yang terjadi di Indonesia. Mulai dari kekerasan seksual pada anak hingga pembunuhan. Semakin hari, kasus kasus tersebut semakin marak. Dengan demikian, harus ada pencegahan untuk mengurangi kasus-kasus tersebut baik dari segi individu itu sendiri, hukum yang berlaku serta lingkungan sekitar.

Adapun cara yang bisa kita lakukan agar terhindar dari ketidaksehatan mental :

1. Kita harus dapat menerima kekurangan diri kita sendiri atau memahami diri sendiri. Dengan begitu kita menjadi lebih mudah untuk mengontrol diri kita karena tidak ada kekesalan kepada diri sendiri atas kekurangan yang kita miliki.

2. Lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

3. Dalam melakukan sesuatu harus berpikir jernih jangan dalam keadaan emosi bahkan tertekan. Ketika kita berpikir jernih, kita dapat mengetahui segala konsekuensi dari perbuatan yang akan kita lakukan.

4. Memiliki hubungan yang baik dengan orang lain. Jangan ada rasa dendam dengan orang lain.

5. Peran keluarga serta lingkungan juga mempengaruhi perkembangan mental seseorang. Dalam suatu keluarga harus selalu memberikan kenyamanan satu sama lain, saling mendukung untuk sebuah kemajuan dan saling mengingatkan ketika terjadi kesalahan. Begitu juga dengan lingkungan.

Leave a comment

Filed under Mencegah Ketidaksehatan Mental