Pengantar
1.A. Orientasi Kesehatan Mental
Menurut WHO, kesehatan mental adalah suatu kondisi ‘sejahtera’ dimana individu dapat merealisasikan kecakapannya, dapat melakukan coping terhadap tekanan hidup yang normal, bekerja dengan produktif dan memiliki konstribusi dalam kehidupan di komunitasnya.
Assagioli, (Ihrom, 2008) mendefinisikan, kesehatan mental adalah terwujudnya integritas kepribadian, keselarasan dengan jati diri, pertumbuhan ke arah realisasi diri, dan ke arah hubungan yang sehat dengan orang lain.
(Zakiyah Darojah, 1975) kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa, serta kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Menurut Jahoda (Ihrom, 2008), kesehatan mental mencakup :
a) Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri dengan baik.
b) Pertumbuhan dan perkembangan serta perwujudan diri yang baik.
c) Keseimbangan mental, kesatuan pandangan dan ketahanan terhadap segala tekanan.
d) Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas.
e) Persepsi mengenai realitas, terbebas dari penyimpangan kebutuhan serta memiliki empati dan kepekaan sosial.
f) Kemampuan menguasai dan berintegrasi dengan lingkungan.
Kesehatan mental merupakan kondisi yang bersifat kontinum, dimana setiap kondisi kesehatan mental individu memiliki berbagai nilai yang berbeda-beda serta sulit untuk dikenali kecuali menunjukkan ‘gejala’ yang menonjol.
1.B. Konsep Sehat
WHO mendefinisikan sehat sebagai sebuah kondisi yang lengkap yaitu sejahtera (well-being) dari segi fisik, mental dan sosial dan tidak hanya terbebas dari gejala atau penyakit.
Dadang Hawari pada tahun 1984 menambahkan aspek spiritual sebagai kriteria sehat, sehingga sehat berarti meliputi kondisi sejahtera pada :
1. Aspek fisik/ jasmani/ biologis
2. Aspek kejiwaan/ psikologis
3. Aspek sosial
4. Aspek spiritual (rohani/ agama)
1.C. Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Perkembangan Kesehatan Mental Pra Ilmiah
1. Masa Animisme
Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dari korban yang mereka persembahkan. Praktik-praktik semacam tersebut berlangsung mulai dari abad 7-5 SM. Setelah kemunculan naturalisme, maka praktik semacam itupun kian berkurang, walaupun kepercayaan tentang penyakit mental tersebut berasal dari roh-roh jahat tetap bertahan sampai abad pertengahan.
2. Kemunculan Naturalisme
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Aliran ini berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik merupakan akibat dari alam. Hipocrastes menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Ide naturalistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam lapangan pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi di kalangan orang-orang Kristen. Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filasafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniak) dirantai, diikat di tembok dan di tempat tidur. Para pasien yang telah dirantai selama 20 tahun atau lebih karena dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, di antara mereka banyak yang berhasil. Mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.
Perkembangan Kesehatan Mental Era Modern
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783. Perkembangan psikologi abnormal dan pskiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya ”mental hygiene” yang berkembang menjadi suatu ”Body of Knowledge”beserta gerakan-gerakan yang terorganisir.
Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dixdan Clifford Whittingham Beers. Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama dekade 1900-1909, beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti American Social Hygiene Associatin(ASHA), dan American Federatio for Sex Hygiene.
Perkembangan gerakan-gerakan di bidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene Movement”. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Pada tahun 1950, organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya ”National Association For Mental Health”yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu ”National Committee For Mental Hygiene”, ”National Mental Health Foundation”, dan”Psychiatric Foundation”.
Gerakan kesehatan mental ini terus berkembang sehingga pada tahun 1075 di Amerika Serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui ”The World Federation For Mental Health” dan“The World Health Organization”.
Teori Kepribadian Sehat
2.A. Aliran Psikoanalisa
Menurut Carl Jung orang yang memiliki kepribadian yang sehat adalah menerima apa yang tidak diketahui dan misterius. Maksudnya, setiap individu dapat menerima dalam ketidaksadaran yang berasal dari mimpi-mimpi dan fantasi-fantasi. Orang yang sehat juga memiliki kepribadian yang universal, yakni tidak ada lagi satu segi kepribadian seperti sikap, fungsi, atau archetypus yang dominan sehingga keunikan individu hilang.
Sigmund Freud menekankan kodrat kesehatan mental manusia pada dinamika dorongan ketidaksadarannya. Freud menganggap manusia yang sehat adalah manusia yang berhasil mengakomodasi dorongan-dorongan ketidaksadarannya (yang bekerja berdasarkan prinsip kenikmatan) kedalam realita yang bisa diterima secara sosial. Orang yang sehat adalah orang yang mampu memuaskan kebutuhan akan kenikmatannya tanpa harus bertolak belakang dengan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat.
2.B. Aliran Humanistik
Menurut Carl Rogers, mengenai kepribadian yang sehat yakni kepribadian yang sehat itu bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses,”suatu arah bukan suatu tujuan”. Syarat utama bagi timbulnya kepribadian yang sehat adalah penerimaan penghargaan positif tanpa syarat ( unconditional positive regard ) pada masa kecil.
Menurut Maslow, orang yang memiliki kepribadian yang sehat itu merupakan orang yang mampu mengaktualisasikan diri. Untuk mencapai aktualisasi diri ada 4 kebutuhan yang harus terpenuhi, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan memliki dan cinta, dan kebutuhan akan penghargaan.
2.C. Pendapat Fromm
• Pendekatan Fromm Terhadap Kepribadian
Kesehatan jiwa menurut Fromm yaitu bagaimana baiknya masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu, bukan menurut bagaimana baiknya individu menyesuaikan diri dengan masyarakat.
• Dorongan Kepribadian yang Sehat
Yang mempengaruhi kepribadian ialah kebutuhan-kebutuhan psikologis. Menurut Fromm ada 5 kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan.
1. Hubungan
Fromm percaya bahwa pemuasan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang-orang lain sangat penting untuk kesehatan psikologis. Ada beberapa cara untuk menemukan hubungan, yaitu destruktif (tidak sehat) dan konstruktif (sehat).
2. Transendensi
Berhubungan erat dengan kebutuhan akan hubungan. Transendensi adalah kebutuhan manusia untuk mengatasi atau melebihi peranan-peranan pasif sebagai ciptaan.
3. Berakar
Cara yang sehat untuk berakar ialah membangun suatu perasaan persaudaraan dengan sesama umat manusia. Perasaan solidaritas ini akan memuaskan kebutuhan untuk berakar.
4. Perasaan Identitas
Manusia membutuhkan suatu perasaan identitas sebagai individu yang unik. Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan ini adalah individualitas, yakni proses di mana individu mencapai suatu perasaan tertentu tetang identitas diri.
5. Kerangka Orientasi
Dasar yang ideal untuk kerangka orientasi adalah pikiran. Fromm sangat mementingkan persepsi objektif tentang kenyataan. Semakin objektif persepsi kita, semakin erat hubungan dengan kenyataan dan semakin baik serta matang kita dalam hal menanggulangi dunia luar.
- Kodrat Kepribadian yang Sehat
Fromm menyebut kepribadian yang sehat dengan orientasi produktif,yakni suatu konsep yang penggunannya sangat penuh atau realisasi dari potensi manusia. Ada 4 segi tambahan dari orientasi produktif.
1. Cinta yang produktif adalah suatu hubungan manusia yang bebas dimana mereka dapat mempertahankan individualitas mereka.
2. Pikiran yang produktif meliputi keceerdasan, pertimbangan dan objektivitas.
3. Kebahagiaan merupakan suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkaitan dengan orientasi produktif. Dengan kebahagiaan orang memiliki sehat mental maupun sehat fisik.
4. Suara hati, terbagi menjadi 2 yaitu suara hati otoriter dan humanistis. Suara hati otoriter adalah penguasa dari ular yang diinternalisasikan, yang memimpin tingkah laku individu tersebut. Sedangkan suara hati humanistis adalah suara dari diri sendiri. Pedoman kepribadian sehat untuk tingkah laku bersifat individual dan internal. Jadi, individu yang memiliki kepribadian sehat dapat memimpin dan mengatur diri sendiri.
Konsep Penyesuaian Diri
Secara garis besar penyesuaian diri dapat dipahami sebagai adjustment dan adaptasi. Adjusment adalah penyesuaian diri dimana lingkungan diubah supaya lebih sesuai dengan kondisi individu. Sedangkan, adaptasi adalah individu mengubah dirinya sehingga lebih sesuai dengan lingkungan.
Individu bisa mengalami kondisi maladjusted, ketika mengalami tekanan dalam hidup dan masih dalam proses melakukan penyesuaian. Namun bila individu tidak mampu mengatasi keadaan menekan tersebut secara konstruktif, akhirnya dia akan mengalami abnomalitas.
Ada beberapa ciri penyesuaian diri yang efektif, yaitu :
1.Memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas
2. Kemampuan untuk beradaptasi dengan tekanan atau stress dan kecemasan
3. Mempunyai gambaran diri yang positif tentang dirinya
4. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya
5. Relasi interpersonal baik
Individu yang mampu memenuhi ciri-ciri tersebut dapat digolongkan sebagai individu yang memiliki kesehatan mental yang positif.
Sumber :
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta : KanisiusSemiun,
Siswanto. S. Psi. Msi. 2007. Kesehatan Mental, Konsep, Cakupan dan Perkembangan. Yogyakarta : Penerbit Andi.
staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/…./kesehatan–mental.pdf
ejournal.stainpurwokerto.ac.id/index.php/komunika/article/…/43/43